Soekarno merupakan sosok yang paling tabu untuk menundukkan muka di hadapan orang lain. Rasa percaya diri yang tinggi menjadi bekal bagi Putera Sang Fajar ini disaat menjadi Presiden RI Pertama, dimana Presiden Soekarno berkewajiban mengangkat nama Indonesia sebagai Negara yang baru terlahir untuk duduk sejajar dengan Negara lain, suatu tugas yang hanya dapat dilakukan oleh seorang yang memiliki kemampuan intelektual yang tinggi sehingga memiliki rasa percaya diri yang kuat. Sekali lagi Soekarno pantang menundukkan kepala.
Namun demikian untuk menopang ego yang begitu tinggi maka bangkitlah Soekarno sebagi seorang yang haus akan ilmu pengetahuan. Tak ada batasan disiplin ilmu yang dipelajarinya. Dan hal ini terpupuk sejak masa kanak-kanak.
Kondisi jaman yang serba sulit untuk para pribumi tidak membuat Soekarno kehabisan semangat untuk maju, tapi justru dia semakin liar dalam melahap berbagai ilmu pengetahuan. Soekarno menjadi salah satu siswa minoritas di HBS Surabaya. Dia menjadi 1 diantara 20 siswa pribumi yang ada disana dari total 300 siswa yang ada.
Usia belum genap 16 tahun Soekarno muda telah menempatkan karya orang-orang besar dibalik dinding otaknya yang cerdas. Gairah untuk merdeka telah menjadikan Bung Karno mengagumi tokoh-tokoh besar perintis kemerdekaan. Dalam khayalnya Bung Karno merasa punya ikatan batin yang kuat dengan Thomas Jefferson yang menorehkan Delaration of Independence pada tahun 1776, George Washington, Abraham Lincoln seakan-akan teman diskusi bagi Bung Karno, karena gagasan kedua tokoh ini telah menjadi kajian yang dalam bagi Bung Karno sejak masih muda. Dan yang terisimewa adalah ajaran Karl Marx, tokoh ini sempat membayangi pola fikir Bung Karno saat menjabat sebagai Presiden RI dan Pemimpin Besar Revolusi.
Dalam hal banyaknya buku yang telah dilahap habis, pemahaman terhadap gagasan orang-orang besar maka Bung Karno laksana perpustakaan yang perjalan. Jangan ajak dia berdiskusi masalah politik, kareana itu sudah menjadi darah dagingnya. Jangan ajak Soekarno berdebat masalah agama, karena dia laksana seorang santri yang telah belasan tahun tinggal di pesantren, jangan ajak Soekarno berargumentasi masalah bunga, karena hampir semua tanaman yang ada di Istana Negara Soekarno dengan fasih dapat menyebut nama latin tanaman tersebut serta bagaimana cara merawatnya. Menghadapi beberapa Kepala Negara, Bung Karno dapat dengan tangkas melayani obrolan dengan beberapa bahasa yang di gunakan. Menguasai beberapa bahasa merupakan serpihan kecil diantara beberapa kelebihan Soekarno. Maka tak heran bila Presiden Soekarno merupakan satu-satunya Presiden yang yang menyanndang 26 gelar Doktor HC di pundaknya.
Berbagai gelar Doktor HC yang diperoleh Presiden Soekarno dari:
Filipina: Far Eastern University, Manila (Gelar Doktor HC pertama yang dimiliki Bung Karno)
Universitas Gajah Mada Yogyakarta (19 September 1951)
Universitas Berlin ( Bidang Ilmu Tekhnik, 17 April 1960)
Institut Tekhnologi Bandung (13 September 1962)
Universitas Al Azhar, Kairo pada 24 April 1960 dalam ilmu Filsafat
IAIN Jakarta dalam Ushuludin Jurusan Dakwah pada 2 Deember 1963
Universitas Muhammadiyah Jakarta untuk Falsafah Ilmu Tauhid pada 1 Agustus 1965
Universitas Indonesia (2 Februari 1963) dalam Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan
Universitas Hasanuddin (25 April 1963) dalam Imu Hukum
Universitas Padjadjaran (23 Desember 1964) dalam Ilmu Sejarah
Inilah sosok Presiden yang pernah kita miliki, dan layakkah dia dipuja sebagai dewa, atau kita kutuk laksana iblis. Semua keputusan ada di tangan anda. Dan biarlah sejarah yang menjadi saksinya.
0 comments:
Posting Komentar